Monday 17 June 2013

Proses Terjadinya Kabut

Pengertian Kabut
Kabut adalah titik-titk air yang merupakan hasil kondensasi atau sublimasi dari uap air yang terapung-apung di atmosfer dekat permukaan tanah. Melalui proses uap air dalam atmosfer akan berubah wujud menjadi cair atau padat dengan cara berkondensasi menjadi titik-titik air atau bersublimasi menjadi Kristal-kristal es. Titik-titik air dan kristal-kristal es yang berkumpul, melayang-layang di lapisan atmosfer yang tinggi disebut awan, namun disebut kabut bila melayang-layang di lapisan atmosfer dekat permukaan tanah.
 
Proses Terjadinya Kabut
Untuk menghasilkan kondensasi atau sublimasi di perlukan tingkat kejenuhan udara yang tinggi, di mana kelembaban relatif mendekati atau sama dengan 100%. Kriteria yang digunakan oleh Badan Meteorologi Klimatologi & Geofisika  adalah jika terlihat adalanya partikel-partikel mikroskopis di udara permukaan dengan jarak pandang (Visibility) mendatar kurang dari 1 Km dan nilai kelembaban Relatif (RH) 98-100%.
Untuk mencapai kejenuhan udara dapat melalui beberapa proses,yaitu:
  1. Pendinginan Peristiwa pendinginan suhu udara yang memungkinkan untuk meningkatkan kejenuhan udara di antaranya di sebabkan karena adanya radiasi di bumi mengalami pedinginan yang berlangsung sepanjang malam sehingga lapisan udara dekat permukaan tanah akan menjadi lebih dingin dari lapisan udara di atasnya dan dalam keadaan angin yang lemah, pendinginan banyak terjadi pada lapisan udara yang tipis, maka karena lapisan di atasnya lebih panas, mengakibatkan timbulnya suatu inversi permukaan yang juga tipis.
  2. Adveksi udara secara horizontal Terjadi bila udara lembab bergerak di atas permukaan laut atau tanah yang lebih dingin dari suhu udara yang bergerak,maka kejenuhan udara akan naik.
  3. Gerakan vertikal udara Akibat adanya radiasi matahari yang sangat kuat pada permukaan bumi akan mempengaruhi udara di atasnya untuk terjadinya proses konveksi. Dengan adanya kenaikan udara akan terjadi pendinginan udara secara adiabatis, sehingga menaikkan kejenuhan udara di atmmosfer.
  4. Penambahan uap air Penguapan terjadi dari permukaan yang panas atau dari permukaan yang dingin. Jika air suhu cairan(liquid water) lebih tinggi dari suhu udara, maka penguapan akan berlangsung terus hingga mencapai keseimbangan sehingga tekanan uap jenuh pada suhu titik embun (ed) sama dengan tekanan uap jenuh pada suhu cair cairan (℮s) yang ini lebih besar dari tekanan uap jenuh pada suhu udara (℮a) kemudian uap air berkurang karena berkondensasi pada inti kondensasi dan kabut terbentuk bila es>ea sedangkan penguapan berhenti pada saat ℮d = ℮s < ℮a. Pada kondensasi ini atmosfer akan di tambah oleh penguapan butir-butir hujan panas yang jatuh melalui udara yang dingin sehingga menghasilkan kabut.

Jenis-jenis Kabut (Berdasarkan Prosesnya)
1. Kabut Radiasi (Radiation Fog). Terjadi bila udara lembab bersinggungan dengan permukaan tanah yang lebih dingin akibat radiasi bumi pada malam hari, sehingga timbul inversi suhu di lapisan dekat permukaan tanah. Kedalaman inverse tergantung pada besarnya turbuensi. Pada keadaan angin tenang (calm) percampuran turbulensi praktis sama dengan nol, dan pendinginan yang sangat kuat dibawah lapisan inversi yang sangat dangkal atau hanya beberapa cm di atas permukaan tanah, mungkin hanya menghasilkan embun (dew) atau bukan embun beku (frost). Kondisi udara pada malam hari yang sangat menguntungkan untuk terbentuknya kabut:
  • anginnya lemah
  • langit cerah atau sedikit berawan
  • Rh yang relatif tinggi (80-100 %)
  • kondisi tanah serta lingkungan basah.
2. Kabut Adveksi (Advection Fog). Terjadi akibat adanya gerakan udara yang panas dan lembab keatas permukaan yang ingin. Udara akan didinginkan dari bawah dan inverse permukaan terbentuk pendindinan lebih lanjut di lapisan inversi akan menurunkan suhu udara sampai di bawah titik embun, sehingga proses-proses kondensasi akan menghasilkan kabut. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kabut adveksi:
  • Udara yang bergerak panas dan lembab
  • Terdapat perbedaan suhu yang mencolok antara udara yang bergerak dengan permukaan sehingga terbentuk inverse di permukaan.
  • Kecepatan angina sedang (8-12 knot) agar perbedaan suhu dapat di pertahaankan dan percampuran turbulensi tidak cukup kuat mengangkat kabut.
3. Kabut Uap (steam fog). Terjadi karena adanya penguapan yang kuat dari permukaan air panas yang bercampur kedalam udara yang lebih dingin dan akan mengakibatkan terjadinya kondensasi yang lebih cepat terhadap uap air tersebut. Selanjutnya uap jenuh tersebut akan mengisi udara dibawah lapisan inversi sebagai uap. Karena proses ini mengakibatkan pemanasan yang kuat serta penambahan uap kondensasi dari bawah, maka inversi yang kuat harus terbentuk beberapa jauh diatas permukaan. Untuk mencegah patikel-partikel kabut agar tidak menghambur kedalam udara yang lebih kering lagi kaut ini seperti bentuk awan-awan cumulus saja dengan basis di air, dan sering terdapat ruangan yang cerah dibawahnya.Kecepatan angina sedang (8-12 knot) agar perbedaan suhu dapat di pertahaankan dan percampuran turbulensi tidak cukup kuat mengangkat kabut.
4. Kabut Lereng (Upslope Fog). Terjadi jika udara lembab naik secara lambat sepanjang lereng pegunungan sehingga akan mengalami pendinginan secara adiatik. Pada ketiggian tertentu udara yang dingin tersebut akan mengkondensasi sehingga terbentuk kabut. Jika naiknya udara lembab tersebut terlalu cepat akan terjadi turbulensi konvektif, yang menyebabkan terjadinya kondensasi pada lapisan yang lebih tinggi, sehingga akan terbentuk awan stratus.
5. Kabut Tekanan (Barometrik Fog). Terjadi jika distribusi tekanan suhu diatas mengalami perubahan yaitu suatu lapisan udara lembab pada permukaan mengalami penurunan tekanan barometrik, hasil pendinginan adiabatik dapat menghasilkan kondensasi. Kejadian kabut ini sering terbentuk di lembah – lembah atau basin yang berisi udara tetap.
6. Kabut Percampuran (Mixing Fog). Terjadi jika udara yang lembab panas bertemu dengan udara lembab yang dingin, maka percampuran di daerah pertemuan dapat menghasilkan penjenuhan dan kondensasi. Jika pencampuran ini terjadi di permukaan tanah dapat menghasilkan mixing fog. Umumnya terjadi di daerah front antara dua massa udara maritim.